Pohon Akasia VSS CAGNI

    POHON AKASIA

Sahabat itu seperti elang
Selalu menemaniku terbang keangkasa
Menatap indahnya dunia
Menembus langit
Menemaniku untuk menggapai pelangi diangkasa

Lapangan basket terbentang luas di antara semak pepohonan, di temani derunnya angin yang memburu, pohon akasia berdiri tegak di hadapannya. Bahkan suara burung keciltidak membuat tempat ini terkesan menyeramkan, tapi sangat sangat indah.
Terlihatkedua anak kecil tengah duduk manis di tengah lapangan, di temani sebuah bonekakecil di hadapan salah satu anak kecil ini. Bahkan ada sebuah bola basket yangjauh dari arah mereka duduk.
“Cakka, main boneka yuk “ ajak anak perempuan yang sedari tadi memegang bonekaditangannya. Ramputnya yang di kuncir kuda dan sebuah poni kecil di dahimembuat gadis ini terlihat sangat manis, bahkan di irigi senyum kecil di lekukbibirnya.
“Agni menghina Cakka “ ujar Cakka pelan, bibirnya yang imut sekarang berubah majubeberapa centi. Kedua tangannya Dia lipatkan di antara perut dan dada. Agnihanya tertawa kecil di hadapannya.
“Jangan marah dong Cakka, Agni kan bercanda “ Cakka masih cemberut tanpa menatapwajah Agni. “ Bagaimana kalau kita main basket “ lanjutnya. Sontak wajah Cakkayang sedari tadi suram sekarang mengembangkan senyum di antara bibir mungilnya.
“Ok “ Mereka berlari cepat mengambil bola basket yang berdiam sendiri di arahtimur.

Permainanitu terjadi sangat sengit, sesekali Agni tersenyum kemenangan karena berhasilmencuri poin banyak. Cakka hanya tersenyum simpul saat gadis kecil itumenjulurkan lidah ke arahnya.
Permainanterus berlanjut hingga sekor terkumpul hanya beda tipis Mereka terus berjuangmelawan musuh di hadapannya, saling menghadang satu sama lain. Tidakhenti-henti mereka saling tersenyum sinis.

“HAP “ lompatan indah Cakka membuat Agni tersenyum miris.
“Yes “ Cakka senyum meremehkan kearah gadis kecil di hadapannya ini. TerlihatDia memajukkan bibirnya beberapa centi.
“Aku menang Agni.. wleek “ Ucapnya senang, seraya mejulurkan lidah kearah Agni.
“Huh. Lagi lagi kalah..” Cakka langsung mengacak rambut Agni pelan. Sontak wajahAgni tersenyum senang saat belaian rambut itu Dia rasakan. “ Pulang yuk, sudahsore nih “ Lanjut Cakka, seraya melangkah untuk menganbil bola basket dihadapannya. Agni hanya tersenyum mengikuti gerak langkah Cakka. Deruan Anginmembuat poni Agni melayang kecil.

Disinilah saatnya
Aku harus merangkai sebuah kalimatkecil
Diantara kertas putih yangmenjulang indah di hadapan ku
Aku berdiri dengan betangan sayapyang indah
Ku lewati dengan dirinya
Membuat Aku bersemangat unuk hiduplebih lama

::.

“Selamat pagi Ayah, Bunda “ Ujar malaikat kecil dari anak tangga, sesekalimalaikat kecil ini duduk di ruang makan tepat di samping kiri Ayahnnya dan didepan Bundannya. Sesekali Bundanya menjulurkan sepotong roti kearah malaikatkecil di hadapnnya.
“Makasih Bunda “ Ucapnya ceria. Dengan cepatmalaikat kecil ini mengunyah roti ditangannya
“Bunda tau tidak, Agni senang sekali kemarin bermain basket sama Cakka “ Ucapnyaceria, bahkan kunyahan di  mulutnya belumsempat Dia telan “ Tapi sayang Agni kalah “ lanjutnya pelan, senyum itu masihterukir indah di bibir mungil malaikat kecil Ayah dan Bunda.
“Telan dulu sayang “ Agni hanya tersenyum kecil kearah Bundannya. Bunda danAyahnya hanya menggelengkan kepala melihat malaikat kecil di hadapannya.
“Agni ... “ Panggil Ayah Agni pelan. Bunda hanya menatap Ayah seraya menggelengpelan. Agni yang tengah meminum segelas susu putih langsung menatap Ayahnya,tersenyum simpul.
“Kenapa Ayah? “ Tanyannya lembut, menghentikan aktivitas yang tengah Dialakukan.


“Ayah ... “ Panggil Bunda pelan, sesekali menggeleng pelan. Agni hanya menatapkedua orang tua di hadapannya bingung
“Boleh Ayah bicara sebentar sama Agni “ Agni menggeleng cepat dan tersenyummanis kearahnya.
“Ayah ada bisnis di bandung, ayah harus berangkat besok Agni “ Ucapnya pelan.

DEG

“Tuhan, Ku mohon. Bilang sama Aku, ini hanya mimpi “ Batin Agni kecil. Sesekalimelotot tidak percaya kearah mata Ayahnya. Diam terpaku di hadapan. Itulah yangdi lakukan sekarang. Apa yang bisa Dia perbuat sekarang, semua akan berakhirlagi, berakhir untuk sekian kalinya.
“Ayah tidak mungkin meninggalkan malaikat kecil Ayah dan Bunda di Jakartasendiri “ Lanjutnya pelan. Miris Bunda Agni menatap malaikat kecil dihadapannya. Untuk sekian kali semua berakhir dengan perpisahan.

Tes...tes ...

Air mata kecil mengalir kecil di pipi chubby malaikat kecil di hadapannya ini. Diam terpaku. Itu yang di lakukan untuk kesekian kalinya. Dia hanya anak kecil yang selalu di permainkan perasaannya oleh kedua orang tua. Anak polos yang tidak mungkin di beri sebuah kesempatan.
“Ayah dan Bunda egois. Selalu seperti ini “ Ujarnya lantang. Agni berdiri terpakudi hadapan kedua orang tua ini. Tetesan air mata mengiringi setiap ucapan Agni
“Kenapa harus seperti ini, Ayah Bunda. Agni capek, Agni butuh teman . . . “ Ayah dan Bunda Agni  hanya menatap malaikat kecil dengan miris. Pliis, malaikat kecil Bunda jangan menangis.
Derap langkah kaki Agni melangkah lebar ke arah pintu keluar. Apa yang tengah merekalakukan dengan malaikat kecil ini. Dia menangis berlari, tanpa ada yang bisamereka lakukan.
“Agni “ Sebuah tangan seseorang mencegah Ibu paru baya ini untuk mengejar anakdi hadapannya.
“Biarkan Dia sendiri “ Suami itu meletakkan kepala istri di bidang dadannya yangtegap. Bahkan tetesan air mata mengikuti mereka untuk hari ini.

::.

Untukkesekian kali Aku harus bergelut dengan sebuah PERPISAHAN. Untuk kesekiankalinnya Aku hanrus menangis dengan PERPISAHAN dan untuk kesekian kalinya Akuharus terhempas ombak besar dengan kalimat PERPISAHAN. Apa yang harus Akuperbuat. Aku tidak bisa apa-apa.
Akumenangis di sini tuhan, kenapa semua harus terjadi sama diriku Tuhan? Apa salahAku Tuhan? Aku cinta Ayah, Aku cinta Bunda. Tapi Aku juga sayang sama sahabatAku Tuhan. Bicaralah sama Aku tuhan, kalau ini hanya mimpi. Oh tidak, karenaini benar-benar terjadi.
Agnimenangis di bawah pohon akasia, tempat dimana Dia menghabiskan waktu bersamaCakka, sahabat Agni. Masa-masa itu harus berakhir besok, dimana Dia haruspindah ke Jakarta. Tangisan itu semakin deras saat Agni mengingat semuanya.Semua tentang Agni dan Cakka. Lutut yang sedari tadi sebagai sandaran wajahnnya kini sekarang sudah basah karena air mata. Tubuhnnya bergetar hebat.
Seseorang menepuk pundaknnya pelan. Agni dengan pelan mendongak kearahnnya. Di lihatseseorang laki-laki itu tengah tersenyum kearahnnya. Menatap wajah Agni yangsendu. Laki-laki itu langsung duduk di depan Agni, menatap lekat wajah gadis dihadapannya.
“Cakka . . . “ Dengan cepat Agni lagsung memeluk Cakka, Untuk kesekian kali Agnimenangis, menahan tubuh kecilnnya untuk bergetar, tapi Agni tidak bisa. Airmata ini semakin deras membasahi tubuh Cakka, Cakka hanya tersenyum simpulmemeluk gadis ini.
“Tidak usah menangis, nanti kamu tidak seperti malaikat untuk Cakka “ Agni sontak langsung melepaskan pelukannya. Di tatapnya mata Cakka yang berbinar,senyum itu masih terukir indah di bibir Cakka.
Sesekalijari-jari Cakka menjamah pipi chubby Agni untuk menghapus tetesan air mata dimata Agni. Tubuhnnya yang bergetar sekarang mulai tenang. Mata teduh Cakka membuatAgni tenang.
“Cakka, Agni tidak mau berpisah dengan Cakka. Cakka satu-satunnya Sahabat Agni .. . “ Ucapnnya parau. Dia menunduk.
“Kan Cuma lima tahun. Untuk sesaat kan “ Hibur Cakka “ Nanti Agni kesini lagi,waktu Ulang tahun Cakka ke tujuh belas. Kita bertemu di pohon akasia ini “lanjutnnya. Agni tersenyum kecil kearahnnya
Untuk kedua kalinya Agi memeluk Cakka. Menumpahkan rasa sedih yang membelenggu dihatinnya. Aku tidak ingin ini berakhir tuhan, hentikkanlah waktunnya sekarang,agar Aku selalu bisa mendekapnnya di pelukannku. Batin Cakka kecil. Tetesan airmata yang sedari tadi Cakka bendung kini telah jatuh juga, dengan cepat Diamenghapus air matannya. Jangan sampai malaikat keccil ini melihatnya.
“Semoga Aku bisa menunggumu di sini Agni, sampai kamu kembali “ Batinnya.Semakin erat pelukan terjadi, Semakin banyak air mata yang di keluarkan olehkedua sahabat ini.
Setiaplangkahan kaki ini terjadi. Pertemuan pasti datang. Keceriaan, kebahagiaanbahkan keindahakn akan mereka rasakan. Teman, sahabat dan cinta. Akan bergilirmenghampiri. Dan perpisahan itu juga siap terjadi. Bahkan air mata ini akandatang untuk menutup semua cerita kehidupan.

::.

“Agni sayang, ayok naik. Kita akan berangkat “ Ucap Bundannya. Menatap malaikatkecilnya yang sedari tadi menerawang gerbang rumahnya. Sesekali memeluk bonekapanda yang di kasih Cakka utuk Agni pada ulang tahun ke 12 kemarin.
“Cakka belum datang Bunda “ Ujarnya padaru. Bunda mendekati Agni, membelailembut rambut malaikat kecilnya ini. Terlihat Ayahnya menghentikan aktivitas memasukkan barang-barang kedalam garasi mobil yang sedari tadi di lakukan, Diamenatap Dua gadis di hadapannya dengan tersenyum.
“Tunggu sebentar ya Bunda “
“5 menit ya sayang “ Agni hanya mengangguk setuju.
“Cakka, Kamu dimana? Apa kamu tidak mau memberikan ucapan selamat tinggal untukAku? “ batin Agni kecil, seraya memeluk boneka panda semakin erat.
::.
Cakka tengah mengerang kesakitan di atas kasur. Sakit kepala yang sedari Dia rasakansemakin menjadi-menjadi, Dia pegang kepalannya dengan erat, memasukan sehelai baju kedalam mulutnya. Agar erangan-erangan yang di keluarkan tidakmembuat mama dan papannya cemas. Keringat besar sudah mengelilingi tubuhnnyayang kecil, mencoba menahan rasa sakit ini
“Aaaggghhhh “
“Agni, Ku mohon tunggu Aku . . . “ batinnya kecil. Tenang Cakka tenang. Semuaakan baik-baik saja. Tidak akan terjadi apa-apa.
“Cakka sayang, ayo ke rumah Agni. Dia sudah mau berangkat “ Teriak mamannyalembut. Derap langkah mamannya terdengar dari dalam kamar. Semakin dekat dansemakin dekat
“Tuhan, Ku mohon hentikan semua ini sebentar “ Langkahan demi langkahan kaki inisemakin dekat dan semakin dekat.
Apayang harus Aku lakukan Tuhan? Ku mohon. Bantulah Aku, Aku butuh bantuanmu.
Ceklek
Suara pintu terbuka lebar. Terlihat mamaku tersenyum manis ke arahku, Aku hanyaberdiri tepat di tengah pintu kamar. Mamaku mengacak pelan rambut ku, Akutersenyum. Terima kasih Tuhan. Batin Cakka kecil.
“Ayo . . .” Aku hanya tersenyum, mengikuti derap langkah Mamaku.

::.

“Agni, ayo . . . “ Teriak Bundannya pelan di samping mobil, Agni hanya menolehtersenyum kecil.
“Tidak apa-apa Aku terima jika memang Kamu tidak ingin mengucapkan sesuatu untukAku “ Batinnya kecil. Seraya melangkah ngontai ke arah Bundannya.
“Cakka mungkin lagi sibuk sayang “ Hibur Bundannya pelan, membelai punggungmalaikat kecil ini lembut. Agni hanya menunduk seraya mengangguk kecil.
Bundadan Ayahnnya sudah masuk ke dalam mobil, sesekali Agni menatap gerbang rumahuntuk terakhir kalinnya. Sesekali tersenyum kecut. Bunda dan Ayah hanyamengangguk untuk Agni segera masuk kedalam mobil.
“Selamat tinggal “ Batin kecil Agni. Dia mulai melangkah masuk kedalam mobil, menggapaipintu mobil dengan lembut. Raut wajah kesedihan masih terkulai lemas sedarikemarin.
“Aggggnnniiiiii . . . “ Teriak seseorang. Sontak Agni langsung menoleh dan tersenyumsenang ke arah seseorang itu. Siapa lagi kalau buka Cakka.
Dengancepat Agni langsung melangkah kan kakinnya lebar untuk cepat memeluk sahabatAgni yang terakhir kalinnya. Kedua orang tua mereka hanya tersenyum kecil.
Untukkesekian kalinnya Agni menangis di pelukan Cakka. Apa yang harus Cakka perbuat?Tidak ada?. Dia hanya cukup memeluk malaikat kecil ini, mungkin untuk yangterakhir kalinnya. Pelukan itu semakin erat dan erat.
“Kenapa nangis Agni? “ Tanya Cakka, di tatapnya mata Agni lekat. Agni hanya diamdan diam
“A..g..n..i ..” ucapnya parau, tubuhnya mulai bergetar
“Berajnjilah sama Cakka. Nanti kalau Cakka ulang tahun yang ke tujuh belas, Agniakan datang kesini dan Cakka akan menunggu Agni di bawah pohon akasia, tepatpukul 12.00 malam “ Ucap Cakka, seraya menjulurkan jari kelingking ke arahAgni.
“Janji . . . “ Senyum itu hanya sekejap terukir indah di bibir Agni.
“Agni . . . “ teriak Ayahnya pelan. Agni hanya mengangguk. Agni langsungberjalan pelan ke arah Ayah dan Bundannya.
“Tunggu Agni ya Cakka, Agni pasti datang “ Tetiaknnya lantang. Cakka hanyatersenyum seraya melambaikan tangan, menatap mobil Agni yang semakin jauh darihadapannya, akan hilang untuk selamannya.
Mamadan Papa Cakka hanya tersenyum melihat jagoannya tersenyum. Sesekali Papa Cakkamengacak rambut lebat Cakka dengan penuh kasih sayang.
“Ayo pulang . . . “ Langkahan kecil ini mulai menemani mereka untuk melangkah keruamahnnya.
Barubeberapa langkah, Cakka mulai merasakan kepalannya sakit sekali, sakit inilebih dari yang tadi Dia rasakan, bahkan semua pemandangan di hadapannya mulaiburam. Terlihat Mama dan Papa Cakka yang cemas sekali, melihat tingkahjagoannya.
“Agghhh . . . Ma Pa, ke . . pala . . . Cak . . . ka sa . . . kit sek . . . ali “Ucapnnya  terbata-bata.
“Sayang, jangan bikin Mama takut, Cakka . . . “ Dan dengan sesaat semua menjadigelap. Sesekali terdengan jeritan Mama memanggilku. Aku hanya menutup matasekejap, tidak kuat menahan rasa sakit di kepalaku yang semakin jadi semakinsakit.

::.

Kehidupan itu berawal dari keluarga
Kebahagiaan itu berawal darilingkungan
Bahkan perpisahan itu berawal daripertemuan
Dan sekarang kematian itu berawaldari takdir
“Apa yang terjadi dokter? “ Tanya Ibu paru baya ke arah Dokter yang tengahkeluar dari ruangan. Terlihat seorang suami tegah mendekapnya ke dalam pelukan,untuk menenangkan istrinya.
“Setelah kami periksa untuk beberapa kali? Memang semua itu  benar “ Ucap Dokter sedikit tegang. Menatapkedua suami istri dengan parau.
“Anak Bapak dan Ibu sakit kanker otak “ Tangisan itu semakin menjadi jadi, saatdoketr mengucapkan segalanya. Tangisan itu terjadi begitu saja tanpa henti,suami itu pun mempererat pelukan istrinya yang semakin melorot ke bawah.

::.

17Tahun kemudian

Pestaitu sudah terjadi sangat meriah. Semua orang tengah berpesta dengan senang.Semua tersenyum melihat pesta yang sangat-sangat meriah. Di temani sebuahlantunan musik yang santai. Suara kecil itu pun berlanjut di iringi pesta yangsangat meriah.
Terlihatseorang anak muda yang berbaju rapi tengah berjalan ke arah segerombolan orang.Membuat semua menatap lekat. Tubuhnya yang tegap dan wajah paras yang sangattampan membuat semua menatap tanpa berkedip. Di tambah gaya rambut harajukuserta senyumnnya yang manis, menjadikan karakter Dia sangat tampan. Wajahnyayang pucat tidak membuat ketampanannya pudar.
Sesekalicowok ini menatap sekelilingnya, mencari seseorang yang sangat Dia tunggu akanhadir di sini, untuk yang terakhir kalinnya. Seseorang yang sangat spesial akandi tunggu untuk nafas yang terakhir. Sorotan demi sorotan Dia putar mencariseseorang, tapi nihil, tidak ada sama sekali seseorang itu. Dimana Dia? Apa diabohong?
“Cakka, pestannya akan di mulai sayang? “ ucap mamannya, seraya tersenyum senangke arah jagoannya. Berjuang melawan penyakit dalam 5  tahun demi menunggu malaikat kecilnnya. Pestapun di mulai.
Pestaberakhir,tapi batang hidungpun Cakka tidak melihat malaikat kecil dihadapannya. Udara dingin mulai menusuk pori-pori kulitnyya, malam ini semakinmalam dan malam, dan udara tambah dingin. Tanpa di sadari Cakka langsung  berjalan cepat, sesekali menatap jam dipergelangan tangannya menunjukkan pukul 12.05, dan Cakka sekarang baru ingat.Derap langkah Dia tambah untuk mencapai tempat itu. Pohon Akasia.
“Agghhh . . . “ Setengah perjalanan lagi. Kepala ini? Oh tuhan? Aku inginbertemu dengan malaikat kecilku. Beri aku kesempatan. Dengan ngontai Cakkamelangkah pelan ke tempat itu. Tempat perjanjian dengan malaikat kecil ini.
Kulihatgadis itu, Dia sedang duduk manis di bawah pohon. Cantik sekali, rambutnya yangbiasa di kuncir kuda, kini mulai di gerai indah, poni kecil sudah hilang tanpajejak. Wajah yang biasa datar tanpa mak up, kini teroles indah yang natural.
“Tahan Cakka . . . “ Batin ku semangat. Ku langkahkan kakiku perlahan kearahnnya. Dia tersenyum ke arahku, manis sekali. Aku hanya membalas senyumkecilnya. Dengan cepat Dia mulai memelukku erat, ku balas pelukan itu.
Tes.. . tes . . .
Airmata itu sudah turun dengan mudahnnya. Di sertai tubuh yang gemetar.
“Agni, kangen Cakka . . . “ Ucapnya purau. Agni semakin erat memeluk pengeran didepannya. Cakka tersenyum ke arahnnya, sesekali membelai rambut lurus Agni.
“Cakka juga, kangen sekali . . . “ Ujarnya pelan. Kepala ini. Oh Tuhan, jangansekarang.
Hening.Cakka masih menahan rasa sakit di kepannya, yang semakin lama semakin sakit,sakit sekali, Sesekali Cakka menggigit bibir bawahnya agar tidak terdengarerangan yang di keluarkan.
“Agghh . . . “
“Cakka . . . “ Dengan cepat Agni melepaskan pelukannya. Dilihat Cakka yangtengah memegang kepalannya erat, tubuhnnya sudah merosot cepat ke bawah. Membuatwajah Agni panik, air mata ini semakin deras mengalir.
“Cakka pliss jangan bercanda . . . “ Ucapnya, meletakkan kepala Cakka di antarapaha kecil Agni.
“Agghhh . . . “ untuk kedua kali, erangan itu semakin keras, Bahkan pegangantangan di kepala Cakka semakin erat. Agni sudah menangis sejadi-jadinnya. Apayang tejadi tuhan? Kumohon hentikan semua ini? Jangan sampai seseorang yangsangat Aku sayangi tersiksa seperti ini? Bantin Agni.
“Ag . . . ma’af, kamu melihat Aku seperti ini “ Agni menggelengkan kepalannyakasar. Ada apa semua ini Tuhan?. Cakka menghapus air mata yang sedari tadikeluar dai kelopak  mata Agni.
“Jangan menangis, Aku tidak suka melihat Kamu menangis. Berjanjilah sama Aku,Kamu tidak akan menangis jika Aku pergi . . . “ Untuk kedua kalinnya Agni hanyamenggeleng keras, Menahan terisak menangis di hadapannya.
“Tidak Cakka, Bertahan lah . . . “
“Peluklah Aku untuk yang terakhir kalinnya, Ku mohon . . . “ Agni hanyamenggeleng keras, menggigit bawah bibirnya akan isakan tangisnnya tidakterdengar
“Ku mohon  . . . “ Pelukan itu terjadi diantara sepasang sahabat kecil. Tidak ada yang tau takdir akan mencabut nyawaseseorang.
TubuhCakka semakin lemas. Jantungnnya seketika berhenti berdetak. Tubuhnnya dingin,wajahnnya pucat. Seketika teriakan keras merusak suasana yang sangat tenang
“Cakkkkkkaaaaaaaaa . . . Janga tinggalin Agni sendiri “ Agni peluk erat sosokdi  hadapannya dengan tangisan.

Burung itu akan terbang sahabat,
Menembus gelapnnya malam
Akau akan berada di sana sahabat,
Jangan lah kau  meneteskan air mata mu
Tersenyumlah untuk masa depan mu
Aku selalu ada di hatimu sahabat,
Selamat tinggal

THE_END

Komentar

Postingan Populer